Mesjid Raya Pangkalan Brandan adalah sebuah mesjid peninggalan sejarah yang sudah berubah total dari bentuk aslinya. Kalau ditelisik dari sejarahnya mesjid ini dibuat pada masa pemerintahan kolonial Belanda.
Bentuk awal yang begitu artistik berganti dengan wajah mesjid modern berlantai dua. Seluruh bentuk fisik mesjid berubah drastis. Tak ada satu pun wajah peninggalan lama yang tersisa dari wajah mesjid ini. Padahal generasi-generasi muda sekarang dahaga akan nilai historis yang menjadi lambang kebanggaan kotanya.
Mesjid Azizi di Tanjung Pura masih kental dengan dengan untaian sejarah yang melekat di bangunan agung ini. Masyarakat Tanjung Pura sekitarnya sangat bangga dengan mesjid mereka. Begitu juga Mesjid Raya Stabat, lebih-lebih lagi Mesjid Raya Medan.
Di tengah-tengah rasa sesal yang menyesak di hati karena bayangan di masa kecil akan indahnya Mesjid Raya Pangkalan Brandan tak mungkin dapat dilihat lagi, secara tak sengaja saya mendapatkan sisa-sisa keindahan masa lalu mesjid ini. Empat batang tiang besar yang dulunya menyangga tiang mesjid bagian dalam secara tak sengaja saya lihat ketika bersandar di pintu gerbang Mesjid Raya ini.
Menakjubkan sekali... di tiang ini tertulis di mana ia dibuat "Den Haag"
Wah.. rasanya miris sekali... Tiang yang dari jauh dibuat di Den Haag Belanda pada masa kolonial itu ditempatkan berhujan-panas di "Pintu Gerbang"
Di tengah-tengah rasa sesal yang menyesak di hati karena bayangan di masa kecil akan indahnya Mesjid Raya Pangkalan Brandan tak mungkin dapat dilihat lagi, secara tak sengaja saya mendapatkan sisa-sisa keindahan masa lalu mesjid ini. Empat batang tiang besar yang dulunya menyangga tiang mesjid bagian dalam secara tak sengaja saya lihat ketika bersandar di pintu gerbang Mesjid Raya ini.
Menakjubkan sekali... di tiang ini tertulis di mana ia dibuat "Den Haag"
Wah.. rasanya miris sekali... Tiang yang dari jauh dibuat di Den Haag Belanda pada masa kolonial itu ditempatkan berhujan-panas di "Pintu Gerbang"
Wow...keren juga neh tulisan. Keep moving bro'.... Itung-itung napak tilas buat warga PB yang berada di 'dunia lain'.
BalasHapussetelah saya baca tulisan diatas dan saya renungkan saya merasa tidak kagum akan tulisan den haag yang tertera di tiang mesjid, tapi saya lebih kagum lagi dengan penelitinya koq sempat sempatnya lah dia ngeten (ngeliat istilah kami anak brandan)tulisan tu saya aja tak pernah ber pikir sampe kesitu alaaamak langka kali orang tu pantas dimesiumkanjuga orang tulah..
BalasHapussugito aja
Alahmaak... dimusiumkan.... hajablah awak nanti bang Gito..!!!!
BalasHapustulisan nya oke tuh sir...sir dihalaman dalam mesjid raya tuh biasanya suka ada sharing ilmu - ilmu agama tu..menjelang dan setelah sholat..apalagi menjelang sholat jum'at...masih suka ada lagi nggak yaaa?
BalasHapusKegiatan seperti itu sudah banyak berkurang setelah meninggalnlya Tuan Hafidz yang sering memberikan siraman rohani bagian belakang mesjid sebelum sholat Jum'at. Tapi yang namanya Muzakarah agama dan sharing ilmu agama masih tetap ada walau tidak semeriah dulu lagi..
BalasHapusdiperlukan orang baru yang inovatif dan didukung kucuran dana besar.semua yang terlibat harus satu hati dengan warna kejujuran.islam itu senang dengan keindahan.coba lihat tempat wudhuk di samping masjid raya p.brandan.bagaimana? kesadaran menjaga kebersihan sangat rendah.mesjid bukan cuma tanggung jawab kenaziran.kita semua.tak mau bersih jangan ke mesjid.mesjid milik kita bersama,orang islam.bagaimana bang joel?
BalasHapusBetul kali tu bang Agus... yang lucunya ke mesjid bukan untuk shalat tapi numpang buang air kecil di kamar mandinya... ah, gawat betuuulll...! :(
BalasHapus