Kalau sekarang kita berjalan dari pusat kota Pangkalan Brandan menuju kota Besitang atau Pangkalan Susu, pandangan kita akan terhenti untuk melihat nuansa yang cukup berbeda pada jembatan yang membelah sungai Babalan. Jembatan tua yang dulu penuh lubang di sana sini, kini berhias diri semakin rapi dan memiliki saudara kembar di sebelahnya.
Jembatan kembar ini kelihatan serupa tapi tak sama, kalau kata orang sono: "Similar but not identical". Jembatan lama terlihat sedikit lebih rendah dari pada jembatan yang baru dibangun di sebelahnya; ukurannya pun sedikit berbeda. Akan tetapi arus lalu lintas yang cukup padat melintasi kawasan ini menjadi sedikit terbantu dengan adanya jembatan kembar ini.
Karena jembatan ini berada di atas jalur lintas Sumatra, maka tak diragukan lagi kenderaan-kenderaan yang melewatinya pun pasti bermuatan besar. Lebih-lebih lagi dengan adanya proyek pembangunan PLTU di Pangkalan Susu, arus lalu lintas dengan kenderaan berat dipastikan hilir mudik melintasi jembatan ini. Jadi dengan adanya dua jembatan, beban jembatan yang lama terbantu dengan hadirnya jembatan baru.
Namum bagaikan lantunan lagu melayu; 'sayang-sayang seribu kali sayang', kemegahan jembatan kembar dan akses jalan beberapa ratus meter menuju jembatan yang mulus itu berbanding terbalik dengan kondisi jalan-jalan di beberapa bagian kota Pangkalan Brandan yang masih penuh lubang di sana-sini.
Kita sebut saja contoh kecil beberapa jalan yang rusak parah dan berdebu, seperti jalan Dahlia, Melati, Cempaka, Imam Bonjol, Sumatra, Kalimantan, sebagian jalan Babalan menuju Sei Bilah dan masih banyak lagi jalanan yang babak belur yang masih memerlukan perhatian para pemimpin negeri ini khususnya Pemerintah Daerah Langkat yang kita cintai ini.
Masyarakat Pangkalan Brandan dan sekitarnya tentu merindukan masa-masa indah pada jaman kejayaan Pertamina UP-1 Pangkalan Brandan di mana jalan-jalan kota kelihatan mulus dan tertata rapi, di ujung-ujung jalan terlihat anak-anak remaja bermain sepatu roda dan skateboard. Sayangnya, harapan itu tinggal harapan. Impian tak pernah jadi kenyataan.